BATUBARA, TOPKOTA.co – Walau sudah dilakukan kesepakatan melalui Rapat Koordinasi oleh Pemkab Batubara yang dihadiri Camat Talawi Muliadi, Kepala Desa dan Kepala Dusun serta Tokoh Agama dan masyarakat dari dua desa yakni, masyarakat Desa Mesjid Lama dan masyarakat Desa Dahari Selebar bertempat di Aula Kantor Desa Dahari Selebar Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, Rabu kemarin (18/03) untuk tidak diadakan acara Tahunan pesta tapai, namun warga di dua desa itu tetap saja tak menggubrisnya.
Padahal alasan penundaan acara pesta tapai tersebut, menurut Bupati Batubara Ir Zahir MAP yang diwakili Kadis Pendidikan Ilyas Sitorus waktu itu berdasarkan surat edaran pemerintah baik dari pusat, provinsi dan Kabupaten karena semakin merebahnya wabah virus corona ( Covid-19 ) maka pemerintah termasuk Pemerintah Kabupaten Batubara telah mengambil beberapa kebijakan dan menunda acara tahunan tersebut.
Pelanggaran kesepakatan tersebut bukan tanpa alasan. Menurut Halimah (40) didampingi suaminya Khaidir (51) warga Dusun VI Desa Masjid Lama Kecamatan Talawi kepada Topkota, Selasa malam (21/4/2020) sekira pukul 19.30 Wib menuturkan, Pemkab boleh saja menunda, tapi seharusnya diperhatikan juga nasib pedagang Tapai di Desa.
“Acara tahunan pesta tapai ini dilaksanakan setahun sekali, dari jualan tapai ini lah kami bisa membelikan pakaian anak – anak kami, ” sebut Halimah yang mengaku mempunyai 5 orang anak.
Halimah menjelaskan, suaminya adalah seorang pelaut, kadang kala ada rezeki dan bahkan sering tak dapat hasil. “Lakik ku kerjanya ke laut cari ikan, kadang dapat, tapi sering tak berhasil, cuma pas – pas untuk makan satu hari cari satu hari,” kata Halimah dengan logat melayunya.
Halimah juga menceritakan keluhannya, menurut Halimah sudah beberapa kali dirinya mendapat bantuan dari Pemkab Batubara melalaui Kartu Penerima Manfaat (KPM), tapi dirinya kesal sampai hari ini untuk bulan April 2020 bantuan tersebut belum juga sampai di tangannya tanpa ada alasan yang jelas.
“Kami orang sini yang hidupnya dapat satu hari di makan, satu hari kecewa melihat kadus kami, selalu dimintai fhoto copi Kartu Keluarga (KK), tapi tak jelas entah untuk apa, kami pikir mau dapat bantuan juga, makanya kami kasi KK,” gerutu Halimah. (Solong)