IKLAN - SCROLL UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

QMB dan HYNC Pelopori Inovasi Transisi Energi di Kawasan IMIP, Terapkan Teknologi Sumber Energi Listrik Alternatif

MOROWALI, TOPKOTA.co – Beragam inovasi dalam memacu penerapan sumber energi alternatif, sudah dilakukan sejumlah perusahaan yang beraktivitas pada kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Langkah tersebut menjadi upaya menekan dampak negatif dari operasional pembangkit listrik bertenaga fosil, terutama batubara, sebagai fasilitas entitas industri dalam memenuhi kebutuhan energi sendiri (captive power plant). Diakui, industri mineral kerap dituding menghasilkan dampak buruk terhadap lingkungan. Pemerintah Indonesia bahkan telah menetapkan target untuk mencapai emisi bersih (net zero emission) pada tahun 2060. Aksi dan respon cepat itu kemudian diperlihatkan pengolah mineral di IMIP, melalui inovasi dalam penyesuaian penerapan transisi energi.

Saat ini ada dua perusahaan aktif mengembangkan langkah hijau yang selaras dengan tren dekarbonisasi global, dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil, yakni PT QMB New Energy Material dan Huayue Nickel Cobalt (HYNC). Wakil Deputi Manager PT QMB, Yan Xiadong, mengungkapkan, pihaknya sudah memprakarsai proyek pembangkit listrik kogenerasi (co-generation) sejak tahun 2023 lalu, sebagai bentuk komitmen mendukung keberlanjutan lingkungan dan kawasan perusahaan. Dengan pengembangan perangkat pembangkit listrik itu, QMB memerlihatkan kepedulian, khususnya dalam efisiensi dan mengurangi emisi.

BACA JUGA:  Koramil 1311-04/Lembo Bersama Persit Laksanakan Kegiatan Bakti Sosial Pemberian Sembako Kepada Masyarakat Desa Beteleme

“Ada Profesor Xu Kaihua sebagai penggagas pembangkit listrik kogenerasi ini dan telah meluncurkan proyek tersebut dengan mengintegrasikan pabrik asam sulfat serta turbin generator,” jelas Yan Xiadong, dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (26/6/2025). Prof. Xu Kaihua adalah profesor (Ph.D) pengawas metalurgi, kimia dan ilmu material sekaligus pendiri General Environmental Material (GEM) sejak tahun 2001 dengan konsep “Sumber Daya Terbatas, Daur Ulang tak Terbatas” yang memayungi PT QMB New Energy Materials.

Tak seperti pembangkit listrik konvensional yang sering melepaskan limbah panas, pembangkit listrik kogenerasi memulihkan dan memanfaatkan energi tersebut untuk berbagai keperluan. Mulai dari pemanasan, pendinginan hingga proses industri. Potensi ini sangat menjanjikan untuk menjadi langkah efisiensi energi lebih maksimal. Dengan menerapkan pembangkit listrik yang menggabungkan tenaga panas dan listrik, QMB mengklaim telah mencapai efisiensi energi dalam operasional pabriknya hingga 98,4 persen. Selain itu, teknologi tersebut mampu memangkas hingga 70 persen ketergantungan pada listrik konvensional dan menekan volume emisi karbon. Ada dua keunggulan power plant co-generation yang tengah bertumbuh di sentra industri. Kemampuan sistem dual-output yang menghasilkan asam sulfat dan energi, memungkinkan pemulihan panas limbah untuk menggerakkan mesin pembangkit listrik. Juga uap limbah daur ulang di fasilitas PT QMB saat ini mampu memenuhi 70 persen kebutuhan listrik pabrik. “Kapabilitas ini secara signifikan meningkatkan efisiensi energi sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan,” jamin Yan Xiadong.

BACA JUGA:  Polres Morowali Klarifikasi Giat Yang Dilakukan Personel di Desa Ambunu

Deret Implementasi Transisi Energi

Langkah hijau dan inovasi QMB juga disambut tenant lain, HYNC. Perusahaan yang memproduksi nikel dan kobalt ini juga mengelola konsumsi listrik pabriknya melalui penemuan co-generation power plant. Energi listrik alternatif diperoleh dengan memanfaatkan uap panas bertekanan tinggi dari pabrik asam sulfat yang terintegrasi dengan pabrik high pressure acid leach (HPAL). Direktur External PT HYNC, Stevanus, mengatakan, dari proses hidrometalurgi dalam ekstraksi nikel dan kobalt dari bijih laterit, uap sisa produksi dapat dimanfaatkan untuk memenuhi 70 persen kebutuhan listrik pabrik secara mandiri.

Selain itu, pabrik juga memanfaatkan air hujan dan sisa limbah untuk menghemat penggunaan air bersih. Pemanfaatannya dilakukan melalui teknologi rainwater harvesting, dengan mengolah air hujan yang mengalir melalui atap pabrik dan area terbuka. Kemudian dirancang agar masuk ke kolam penampungan yang telah dilengkapi filter penyaring partikel kotoran. Stevanus menguraikan, sistem di pabrik HYNC dirancang dengan closed-loop water system, dengan memproses sebagian besar air limbah dari produksi HPAL digunakan kembali untuk pencucian bijih nikel. Penerapannya di PT QMB mampu menekan air limbah hingga 1,05 juta metrik ton dan mendukung konservasi air tawar.

BACA JUGA:  Polsek Bungku Selatan Gelar Restorative Justice Kasus Penyerobotan Tanah

Upaya tersebut melengkapi strategi lain yang juga tengah dicanangkan sejumlah tenant, seperti rencana pengoperasian pembangkit listrik bertenaga surya (PLTS) oleh PT Dexin Steel Indonesia (DSI). Proyeksinya, dapat menghasilkan energi listrik sebesar 65 Megawatt. Instrumen PLTS serupa juga digagas di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) untuk mendukung penyediaan 350 Megawatt kebutuhan daya. (Rpdm)

BERITA TERKINI

BERITA TERPOPULER