BATUBARA, TOPKOTA.co – Peran Polisi Wanita (Polwan) Republik Indonesia (RI) sangat besar dalam berkontribusi untuk mewujudkan kamtibmas kondusif dan kesejahteraan masyarakat yang semakin produktif.
Berdasarkan sejarah, Polwan dibentuk tahun 1948 ketika agresi militer Belanda ke 2, pada waktu itu di Bukit Tinggi berlangsung pemeriksaan darurat oleh Pemerintah Repulik Indonesia kepada para pengungsi untuk menghindari penyusupan musuh.
Demikian pidato Kapolres Batubara AKBP Ikhwan Lubis SH MH saat merayakan hari jadi Polisi Wanita ( Polwan) ke- 72 tahun di Aula Bhayangkari Polres Batubara, Selasa, (01/09).
Dilanjutkannya, ketika itu para pengungsi wanita tidak mau digeledah aparat berjenis kelamin pria. “Itulah sebabnya Kepolisian Republik Indonesia mendirikan sekolah Polisi untuk kaum wanita yang sampai sekarang berkembang sebagai Polwan, banyak tantangan yang harus di hadapi Polwan, bahkan sangat berat dibanding tugas-tugas polisi pria,” jelas Kapolres Batubara.
Disamping Polwan menjalankan tugas-tugas sebagai seorang polisi sebut Ikhwan, Polwan juga harus mengurus anak dan suaminya di rumah. “Ini sangat luar biasa karakter Polwan di indonesia,” pungkasnya.
Menurut Kapolres, Polwan lebih detail dalam menangani dan lebih disiplin dalam menjalankan tugas sebagai seorang polisi. Ddari sentuhan juga senyuman manisnya dia bisa meluluhkan kekerasan pria, walau bandit sekalipun akan takluk di buatnya,” kata mantan Kapolres Belawan ini.
Beliau juga berterimakasi kepada Polwan yang bertugas di Polres Batubara ini, dikarenakan beberapa minggu kemarin, Unit Perlindungan Perempuan dan anak (UPPA) Polres Batubara mendapat rekor Muri Indonesia dalam menangani kasus – kasus. “Disini saya mengucapkan selamat Hari Jadi Polwan ke 72 semoga selalu sukses,” tandasnya.
Selain Kapolres Batubara didampingi Ketua Bhayangkari Cabang Batubara Dr Henny Spd Mpd, perayaan Hari Jadi Polwan ke 72 di Polres Batubara dihadiri Kabag Sumda Kompol Elfrida, para pejabat utama (PJU), para Polwan dan Polsek sejajaran, yang ditandai dengan pemotongan nasi tumpeng, sekaligus persembahan sebuah puisi tentang seorang Polwan, yang dibacakan Bribda Sri Wahyuni. (Solong)