BELAWAN, TOPKOTA.co – Tawuran antarpemuda yang bergejolak belakangan ini terjadi di Belawan bukanlah peristiwa baru. Melainkan kegaduhan yang sudah lama berlangsung sejak 40 tahun silam. Tanpa dilatarbelakangi masalah yang jelas, tawuran antar pemuda sudah ada sejak tahun 1970-an di kawasan pesisir Kota Medan tersebut.
Pertanyaannya, kenapa tawuran secara turun menurun ini terus terjadi. Mari kita ulas, apa sebenarnya yang menyebabkan tawuran di Belawan masih berlanjut sampai saat ini?.
Tawuran di Belawan asal mulanya terjadi di Jalan TM Pahlawan Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Di lokasi itu, kelompok pemuda dari Gudang Arang dan Belawan Lama kerap melakukan tawuran. Tawuran itu berlangsung setiap saat dan kapan saja.
Ternyata, kericuhan yang terjadi tanpa dilatarbelakangi yang jelas, seakan menjadi sebuah ajang tradisi atau kebiasaan bagi masyarakat di pesisir Kota Medan tersebut. Bayangkan saja, tanpa ada angin dan hujan, kedua kelompok pemuda secara tiba-tiba bertikai di akses jalan umum.
Anehnya, tawuran yang kerap terjadi sejak dulu itu, seakan budaya tersendiri bagi masyrakat di Belawan. Buktinya, orang tua yang memiliki peran utama menjaga anaknya malah membiarkan dan menyaksikan aksi tawuran tersebut sebagai tontonan.
Tanpa kita sadari, tawuran itu akhirnya semakin meluas ke seluruh kawasan di Kecamatan Medan Belawan. Sehingga, dampak dari kegaduhan yang kerap terjadi, banyak kerugian secara luas dirasakan seluruh masyarakat dan pihak terkait di Belawan.
“Kami sudah tidak heran, kalau tawuran ini sering terjadi di Belawan. Karena setahu saya, tawuran ini sudah berlangsung sejak tahun 70-an,” cerita warga Belawan, Sabtu (24/7).
Menurut pria berusia 52 tahun ini, tawuran yang sempat bergejolak sejak belakang ini, bukan adanya perselisihan pribadi atau perebutan kekuasaan. Tapi, keributan yang sudah menjadi kebiasaan pemuda yang ingin sengaja onar di tengah-tengah masyarakat.
“Capek kita cerita tawuran. Yang jelas, tanpa ada masalah, tiba-tiba mereka sudah tawuran. Parahnya, orang tua mereka malah membiarkan anak-anaknya ikut tawuran. Makanya anak – anak itu senang kalau sudah tawuran,” beber pria yang tinggal di Belawan Lama ini.
Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan ini mengaku, tawuran yang sudah berlangsung sejak 40 tahun lalu, dianggapnya bukanlah tawuran yang didasari perselisihan atau dendam antarkelompok. Melainkan, kegaduhan yang memang menjadi tradisi dan kebiasaan masyarakat di Belawan.
“Polisi selama ini sudah bersusah payah melakukan pertemuan dan pembinaan dengan unsur masyarakat, bahkan telah menindak para pelaku tawuran. Tapi, memang sudah menjadi budaya bagi masyarakat untu tawuran ini, sehingga tidak berhenti juga tawuran dari dulu sampai sekarang,” tuturnya.
Jadi, kata nelayan ini, siapapu yang menjadi Kapolres di Belawan, menurutnya tawuran bakal akan terjadi di Belawan. Berdasarkan pengalaman yang sudah dilaluinya, tawuran yang terus menerus bergejolak bahkan sudah banyak memakan korban jiwa.
“Kita tidak usah heran. Siapapun yang menjabat Kapolres di Belawan pasti akan merasakan tawuran. Bahkan, sekitar 8 tahun sebelumnya, tawuran sampai mengakibatkan ada korban meninggal dunia. Jadi, beginilah faktar tawuran yang sudah terjadi di Belawan dari dulu sampai saat ini,” katanya sambil mengakhiri ceritanya. (Ayu)