MEDAN, TOPKOTA.co – Statemen melalui rilis Badan Eksekutif Mahasiswa Nusantara (BEM Nusantara), Rabu (3/11/2022) kemarin cukup mengusik berbagai pihak. Betapa tidak, dalam rilis yang dikirimkan ke berbagai media, mereka meminta agar Kapolri Jenderal Sigit Listyo Prabowo mencopot Kapolda Sumut Irjen RZ Pancaputra dari jabatannya.
Sejumlah alasan diuraikan, terkait berbagai kesalahan pelanggaran etika dan profesionalisme oknum Polri di Sumut. Tudingan oleh BEM Nusantara itu menurut saya adalah pemutarbalikkan fakta.
Dari sudut pandang yang berbeda saya malah melihat bahwa apa yang telah dilakukan Kapolda Sumut sudah sejalan dengan slogan anyar Polri yang diserukan Jendral Sigit Listyo: Presisi (prediktif, responsibilitas, transparansi, berkeadilan).
Paling tidak ada beberapa hal yang menarik dilihat dari statemen BEM Nusantara yang ditandatangani oleh Sekretaris BEM Nusantara Pusat M Julianda Arisa ini. Pertama, saya mencermati statemen BEM Nusantara ini terlihat adek-adek mahasiswa ini mengalami kesalahan logika (logical fallacy).
Sederet alasan tentang kesalahan oknum Polri di wilayah hukum Polda Sumut dianggap seolah-olah merupakan kesalahan Kapolda Sumut.
Alasannya sangat sederhana, karena dianggap tidak bisa melakukan pembinaan. Saya malah heran jika alasan itu yang dikedepankan, maka bisa jadi semua kesalahan oknum Polri di Indonesia menjadi tanggungjawab Kapolri.
Disinilah, saya menilai ada logical fallacy dari kawan-kawan BEM Nusantara dalam memahami persoalan. Jadi begini, kesalahan oknum Polri atau perbuatan pelanggaran etika dan presionalisme oknum Polri khususnya di Sumut, sepengamatan saya langsung di respon oleh Kapolda Sumut.
Lihat saja, dari seluruh contoh kasus yang dipaparkan dalam rilis BEM Nusantara itu, semuanya sudah ditindak tegas oleh Kapolda Sumut. Ketegasan itu bahkan tergambar jelas sejak awal Irjen Panca bertugas di Sumut.
Kedua, selain memgalami logical fallacy, statemen BEM Nusantara itu di dramatisir seolah ketegasan Kapolda Panca malah dianggap cela. Bagi saya, ini sungguh tak masuk akal.
Bahwa memang ada hal-hal yang menjadi tanggungjawab Kapolda Sumut, namun sebagai orang nomor satu di Polda Sumut, Irjen Panca telah menjalankan tugasnya dengan profesional.
Ketiga, tindakan Kapolda Sumut Irjen Panca sesungguhnya mendukung statemen Kapolri Jenderal Sigit Listyo yang mengatakan “Ikan Busuk Mulai Dari Kepala”.
Pribahasa yang disampaikan Kapolri ini sangat tepat menggambarkan ketegasan Kapolda Sumut dalam melakukan pembinaan pada jajarannya. Apalagi, saya meyakini slogan baru Polri yang disampaikan Jenderal Sigit Listyo diawal menduduki jabatan sebagai Kapolri bahwa ke depan Polri harus mengedepankan konsep presisi, dipahami dan dilaksanakan Irjen Panca dengan sepenuh hati.
Konsep presisi yang merupakan singkatan dari prediktif, responsibilitas, transparansi, dan berkeadilan, merupakan wajah baru Polri di era kepemimpinan Jenderal Sigit Listyo.
Akhirnya, saya hanya ingin menyampaikan bahwa kepemimpinan Irjen Panca di Polda Sumut seharusnya diapresiasi positif sebagai bentuk ketegasan dalam memimpin, terlebih beliau adalah putra terbaik Polri dari Sumatera Utara. Tetap semangat Pak Panca!
Aulia Andri, Pengamat Kebijakan Publik dan Pegiat Gerakan Sosial di Sumut