IKLAN - SCROLL KE BAWAH UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Mahasiswa Kesejahteraan Sosial FISIP USU Tumbuhkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional di Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia

Roida Mariati Sianipar Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

TOPKOTA.co – Kegiatan Praktikum II Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara merupakan realisasi dari kurikulum dan sebagai mata kuliah inti yang ada pada Program Studi Kesejahteraan Sosial FISIP USU. Kegiatan Praktikum II ini dilaksanakan oleh Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial stambuk 2018 setelah kegiatan pelepasan Mahasiswa Praktikum II dilaksanakan pada Senin, 6 September 2021. Roida Mariati Sianipar sebagai Praktikan dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 180902053 melaksanakan kegiatan Praktikum II di Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia yang dimulai sejak 7 September 2021 s/d 25 November 2021.

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk melatih mahasiswa menerapkan keilmuan dalam bidang Kesejahteraan Sosial yang telah dipelajari dalam setting praktikum yang dipilih melalui proses “learning by doing”, bertujuan juga untuk melatih keterampilan Praktikan dalam menerapkan “interventive repertoire” yaitu sekumpulan alat intervensi yang merupakan metode dan teknik Pekerjaan Sosial terutama untuk bekerja dalam menghadapi klien, serta bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam perencanaan dan pengelolaan lembaga pelayanan kesejahteraan sosial.

Praktikan dibimbing oleh Bapak Fajar Utama Ritonga, S.Sos., M.Kesos sebagai Supervisor Sekolah dan juga sebagai Dosen Pengampu mata kuliah Praktikum II dalam penerapan metode pemecahan masalah pada setting mezzo (kelompok) di Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia.

Praktikan memulai kegiatan Praktikum dengan menyerahkan surat izin Praktikum II dan mendiskusikan Satuan Acara Praktikum (SAP) dengan pengurus Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia, serta melakukan observasi tempat praktikum untuk mendapatkan pengetahuan mengenai Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia sebagai tempat Praktikan melaksanakan Praktikum II.

Berdasarakan hasil wawancara dan observasi awal Praktikan dengan Pengurus Panti, didapatkan informasi bahwa Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia merupakan panti asuhan yang berlokasi di Jl. Dr. Mansyur Baru No.17, Tj. Rejo, Kec. Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara 2015 dan berdiri sejak tahun 2021 di Kota Medan. Panti Asuhan ini sudah terdaftar di SK. KEM. HAK AZASI MANUSIA RI NO. AHU-0013874.AH.01.04. TAHUN 2021 yang didirikan oleh Bapak Maredi Laia yang memiliki 3 orang pengurus panti asuhan dan 34 orang anak-anak panti asuhan, yang terdiri dari 25 orang anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan dengan rentang usia 9 bulan – 17 tahun.

Kegiatan Pengasuhan yang diberikan oleh Panti Asuhan tersebut terhadap anak-anak panti, yaitu pemenuhan kebutuhan fisik yang berupa pemenuhan kebutuhan memenuhi pakaian; makanan; tempat tinggal; tempat belajar; tempat bermain dan Kesehatan, pemenuhan kebutuhan Psikis yaitu pemberian perlindungan dan kasih sayang, dan pemenuhan pendidikan formal yaitu anak-anak Panti Asuhan Pintu Harapan saat ini menempuh pendidikan formal pada jenjang TK, SD, SMP dan SMA.

  • Selama melaksanakan kegiatan Praktikum II ini, Praktikan melaksanakan berbagai kegiatan bersama anak-anak Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Praktikan bersama anak-anak panti tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Praktikan bersama anak-anak panti bermain gerak dan lagu “Ayam dan Bebek” yang gerakannya mudah untuk diikuti, sehingga dapat melatih kemampuan motorik mereka, karena dengan gerak dan lagu anak dirangsang untuk menggerakkan tubuh yang berhubungan dengan koordinasi tubuh, keseimbangan dan kelincahan.
  2. Praktikan mengajarkan anak-anak panti untuk mengunakan empat kata ajaib dalam kehidupan sehari-hari melalui lagu “Empat Kata Ajaib” yaitu kata “Tolong, Terima Kasih, Permisi dan Maaf”.
  3. Praktikan bersama anak-anak panti belajar mengekspresikan diri untuk melatih imajinasi dan juga mengingat kembali pengalaman yang pernah anak-anak panti lakukan atau yang pernah mereka lihat melalui mengekspresikan bagaimana kegiatan menangis, makan, tertawa dan sebagainya.
  4. Praktikan bernyanyi bersama anak-anak panti dengan tujuan untuk membuat mereka lebih aktif bergerak agar lebih berani untuk bertindak atau melakukan sesuatu melalui gerakan yang dilakukan saat bernyanyi bersama dan juga untuk menguatkan rasa percaya diri.
  5. Paktikan melaksanakan senam bersama anak-anak panti. Senam ini bertujuan untuk melatih mereka menggerakkan tubuh yang berhubungan dengan koordinasi tubuh, keseimbangan dan kelincahan.
  6. Praktikan bersama anak-anak panti bermain “Siapakah Aku?”. Pada permainan ini praktikan melatih anak-anak panti untuk menebak nama hewan melalui penggambaran ciri-ciri hewan tersebut.
  7. Praktikan melatih konsentrasi anak-anak panti melalui permainan “Tepuk Konsentari”. Pada permainan ini praktikan melatih konsentrasi mereka melalui aturan permainannya, yaitu, jika praktikan menyebutkan selamat pagi maka mereka harus tepuk tangan 2 kali, selamat siang 1 kali tepuk, dan selamat malam 3 kali tepuk tangan.
  8. Praktikan bersama anak-anak panti belajar membuat bentuk hewan melalui media kertas origami. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih mereka dalam melipat kertas origami sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Sehingga dapat mengasah otak mereka untuk menemukan solusi dalam membentuk origami menjadi bentuk yang diinginkan.
  • Penempelan Poster “Mari Lakukan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun

Praktikan juga melaksanakan kegiatan penempelan poster “Mari Lakukan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)” yang bertujuan untuk meningkatkan nilai karakter diri anak-anak panti asuhan, dengan mengajak mereka membiasakan diri melakukan senyum, salam, sapa, sopan, dan santun yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa senang bergaul, berbicara, dan bekerja sama dengan orang lain, menumbuhkan rasa senang dan rasa aman atas kehadiran satu sama lain sebagai wujud sikap cinta damai.

  • Praktikan melakukan penerapan metode pemecahan masalah terhadap unit intervensi kelompok pada level intervensi mezzo (Kirst-Ashman, 2010:118-125) dengan menggunakan Metode Pekerja Social Group Work di Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia yang diterapkan melalui pelaksanaan Mini Project “Menumbuhkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional di Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia”.

 Menurut Robert W. Klenk & Robert M. Ryan “Social Group Work merupakan salah satu metode pekerjaan sosial untuk memperbaiki dan meningkatkan fungsi sosial individu melalui pengalaman-pengalaman kelompok yang disusun secara sadar dan bertujuan”. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa Social Group Work adalah salah satu metode yang biasa digunakan Pekerja Sosial dalam proses pertolongan kesejahteraan sosial kepada klien, dimana menggunakan media dan pengalaman dalam kelompok untuk membantu klien dalam menemukan dan mencari solusi permasalahan yang dialaminya, agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

  • Penerapan mini project tersebut dilaksanakan melalui tahapan-tahapan praktik intervensi kelompok menurut Zastrow (dalam Suharto, 2007), yaitu sebagai berikut:
  1. Tahap Intake Case

Tahap Intake Case dilakukan oleh Praktikan sejak penyerahan surat izin Praktikum II dan saat mendiskusikan Satuan Acara Praktikum (SAP) dengan pengurus Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia, serta dalam kegiatan observasi tempat praktikum untuk mendapatkan informasi mengenai panti asuhan tersebut sebagai tempat Praktikan melaksanakan Praktikum II.

Selanjutnya Praktikan menjalankan proses saling mengenal dan menumbuhkan rasa kepercayaan dari anak-anak panti sebagai Klien. Sehingga dapat dijalin kesepakatan antara Praktikan dengan Pihak Panti sebagai Pengasuh Klien di Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia mengenai tujuan pertolongan yang hendak dicapai, peranan yang akan dijalankan oleh Praktikan metode pertolongan yang akan digunakan oleh Praktikan pada tahap selanjutnya.

  1. Tahap Assessment dan Perencanaan Intervensi

Pada tahap ini Praktikan mengidentifikasi permasalahan klien melalui Methodologi for Participatoty Asessment (MPA), yaitu menggali masalah, kebutuhan dan kekuatan klien secara partisipatif di Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia. Sasaran kegiatan ini adalah anak-anak panti asuhan. Peserta dalam Methodologi for Participatoty Asessment (MPA) ini yaitu Pendiri Panti Asuhan, Pengurus Panti Asuhan, dan Anak-anak Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia.

Langkah-langkah Methodologi for Participatoty Asessment (MPA) yang dilaksanakan oleh Praktikan, yaitu (1) seluruh peserta pertemuan diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang dihadapi oleh anak-anak panti asuhan melalui kertas kecil yang diberikan oleh Praktikan. (2)  Kemudian permasalahan yang sudah dituliskan tersebut ditempel di kertas plano yang sudah disediakan oleh Praktikan. (3) Kertas kecil yang sudah ditempel kemudian dikelompokkan sesuai dengan masalah yang sejenis. (4) Yang terakhir ditentukan prioritas masalah, berdasarkan hasil rembug bersama dengan para peserta Methodologi for Participatoty Asessment (MPA).

Hasil dari rembug pemilihan prioritas masalah Methodologi for Participatoty Asessment (MPA) ialah kurangnya keterampilan sosial pada anak-anak Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Beaty (Afiati dalam Lismayanti, 2008) menyebutkan bahwa keterampilan sosial atau Prosocial Behavior mencakup perilaku-perilaku yaitu: empati, kemurahan hati, kerjasama, dan memberi bantuan. Anak-anak panti menunjukkan sikap tidak mampu bekerjasama dengan baik satu dengan lainnya, kurangnya empati antara satu dengan lainnya, kurang memiliki sikap saling berbagi dalam hal berbagi barang yang dimilikinya kepada orang lain, tidak sabar menunggu giliran antara satu dan lainnya menurut perintah yang diberikan sehingga sering menimbulkan pertengkaran satu sama lain, serta masih sulit memberi bantuan antara satu dan lainnya dan cenderung membiarkannya menyelesaikan sendiri. Serta interaksi yang terjalin antara satu dengan lainnya yang sering menimbulkan permasalahan, yaitu sering bertengkar satu dengan yang lainnya melalui bertendang-tendangan, cubit-mencubit, saling menarik rambut, dan sering membuat temannya menangis akibat pertengkaran mereka.

Hasil pemilihan prioritas masalah ini kemudian didiskusikan oleh Praktikan kembali dengan peserta untuk mengonfirmasi permasalahan yang menjadi prioritas, sehingga didapati bahwa kurangnya perilaku-perilaku keterampilan sosial yang dimiliki oleh anak-anak panti menjadi keresahan yang dihadapi oleh pengurus panti asuhan dan anak-anak panti, sehingga mereka membutuhkan penyelesaian permasalahan tersebut.

Berdasarkan Prioritas Masalah tersebut, selanjutnya ialah dilakukan tahap Perencanaan Intervensi, yaitu merancang tindakan untuk pemecahan masalah. Perencanaan intervensi ini melibatkan pengurus dan anak-anak Panti untuk menentukan pemecahan masalah yang akan dilakukan. Hasil diskusi perencanaan intervensi yang dilakukan ialah penerapan Mini Project “Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional di Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia” dengan tempat pelaksanaan intervensi yaitu pada ruang belajar anak-anak panti asuhan dengan rentang waktu penyelesaian masalah selama dua bulan.

Sesuai dengan yang disampaikan oleh Vygotsky bermain sangat mempengaruhi perilaku sosial anak, dalam bermain dapat melatih anak untuk mengendalikan diri yang merupakan suatu prasyarat untuk dapat berperilaku sosial yang positif. Pada anak-anak, bermain merupakan kontributor kunci terhadap berbagai aspek perkembangan, meliputi keterampilan sosial dan kemampuan untuk terlibat dalam suatu aktivitas (Skainer, Rodger & Bundy, 2006). Dan beberapa nilai yang terkandung dalam permainan tradisional yang dapat ditanamkan dalam diri anak antara lain rasa senang, adanya rasa bebas, rasa berteman, rasa demokrasi, penuh tanggungjawab, rasa patuh dan rasa saling membantu yang semuanya itu merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan masyarakat (Ariani dalam Marzoan, 2017).

  1. Tahap Penyeleksian Anggota

Pada tahap ini Praktikan membentuk kelompok intervensi terhadap anak-anak panti yang keterampilan sosialnya perlu ditumbuhkan, dan anak-anak panti yang memiliki permasalahan terhadap keterampilan sosial ialah rentang usia 6-8 tahun, dimana pada usia ini anak belum bisa mandiri, belum adanya rasa tanggung jawab pribadi, egosentris, belum menunjukkan sikap kritis.

Minat dan ketertarikan klien terhadap penumbuhan keterampilan sosial melalui permainan tradisional menjadi pertimbangan penyeleksian anggota yang masuk ke dalam intervensi kelompok, karena anggota yang memiliki perasaan positif terhadap kelompok akan terlibat dalam berbagai kegiatan kelompok secara teratur.

  1. Tahap Pengembangan Kelompok

Pada tahap ini Praktikan menjalankan Mini Project “Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional di Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia” sebagai pelaksanaan intervensi kelompok. Permainan tradisional adalah permainan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bertatap muka, keadaan ini memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan teman bermainnya. Saat memainkan permainan tradisional, anak-anak diajak untuk berkumpul dan mengenal teman sepermainannya. Permainan tradisional dapat memberikan alternatif yang berbeda dalam kehidupan anak.

Permainan tradisional yang dimainkan untuk meningkatkan keterampilan sosial anak-anak panti adalah:

  • Permainan Ular Naga, yaitu permainan berkelompok yang berasal dari Jakarta dan memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah. Dalam permainan ini dua orang bertugas sebagai penjaga berhadap-hadapan dan saling berpegangan tangan yang diangkat ke atas. Dan yang lainya berbaris ke belakang membentuk ular dengan kedua tangan diletakkan di Pundak teman yang ada di depannya untuk bermain memutari dua orang penjaga tersebut sembari bernyayi “lagu ular naga panjangnya bukan kepalang, menjalar-jalar selalu kian kemari, umpan yang lezat itu yang dicari, kini dianya yang terbelakang”. Pada saat lirik terakhir pemain akan dijepit oleh penjaga dan keluar dari ular. Permainan ini bertujuan untuk mengajarkan anak untuk sabar menunggu putaran, tertib dalam menunggu giliran, bekerjasama dengan baik di dalam tim setelah semuanya tertangkap, menjaga satu sama lain, dan memiliki sikap menerima jika tertangkap oleh penjaga.
  • Permainan Cukblak-cublak Suweng, yaitu permainan yang biasa dimainkan oleh anak-anak di Pulau Jawa. Dimainkan dengan menentukan tokoh Pak Empo yang dilakukan dengan gambreng (hompimpa), dan yang kalah akan menjadi Pak Empo yang bertugas untuk mencari kerikil atau batu kecil (suweng) yang disembunyikan di tangan peserta lainnya. Saat permainan dimulai lagu cublak-cublak suweng mulai dinyanyikan dan Pak Empo mengubah posisi menjadi membungkuk ke lantai, kemudian peserta lain meletakkan tangannya di atas punggung Pak Empo. Setelah itu batu kerikil diputarkan ke masing-masing tangan peserta sampai bait lagu terakhir yang diakhiri dengan menyembunyikan kerikil di tangan salah satu peserta, Kemudian Pak Empo menebak peserta mana yanag menggenggam kerikil, jika benar peserta tersebut akan bergantian menjadi Pak Empo. Tujuan permainan ini ialah untuk meningkatkan keterampilan sosial anak yang meliputi sikap jujur, sportif, bertanggungjawab, peduli, percaya dengan teman, dan dapat bekerja sama.
  • Permainan Domikado, yaitu permainan yang berasal dari Maluku, yang dimainkan oleh sekelompok orang yang duduk bersila membentuk lingkaran dengan tangan yang saling menyambung satu dengan yang lainnya. Permainan dimulai Ketika semua pemain menyanyikan lagu Domikado sambal menepuk tangan teman di sebelahnya. Saat lagu berakhir pemain yang terkena tepukan terakhir akan keluar dari barisan, Permainan terus berlanjut hingga tersisa dua orang yang menjadi pemenang dan pemain yang kalah diberikan hukuman ringan sesuai permintaan pemenang. Permainan ini bertujuan untuk melatih konsentrasi, menumbuhkan keakraban, dan kelincahan Anak-anak Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia.
  • Permainan Petak Umpet, yaitu permainan yang dimulai dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi Kucing yang berperan sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi. Si kucing ini akan memejamkan mata sambal berhitung sampai 10 untuk membiarkan teman-teman yang lain bersembunyi. Setelah hitungan kesepuluh si Kucing akan mencari teman-temannya yang bersembunyi. Permainan selesai setelah semua yang bersembunyi ditemukan, dan orang yang pertama ditemukan menjadi Kucing berikutnya. Permainan ini bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan sosial dalam bentuk interaksi dengan teman-teman dalam permainan dan belajar jujur jika dirinya sudah tertangkap oleh si kucing, belajar bekerjasama untuk menemukan tempat persembunyian yang aman atau Bersama-sama bersembunyi dalam satu tempat yang sama dapat menumbuhkan keakraban dan perasaan saling menjaga satu sama lain agar tidak tertangkap si Kucing. Dan belajar menerima jika tertangkap dan bergantian menjadi si Kucing.

Melalui permainan-permainan tradisional yang dilaksanakan Praktikan dengan Klien tersebut maka dapat terlihat hasil dari intervensi terhadap Klien yaitu: (1) dalam komponen pengendalian diri klien mampu mengikuti aturan, membedakan perilaku benar dan salah, serta mengekspresikan perasaan dengan tindakan yang tepat; (2) dalam komponen kerjasama, klien mampu berinteraksi positif dengan anak lain, berbagi gagasan/material, dan bekerja dengan anak lain dalam kelompok; (3) dalam komponen empati, klien mampu memahami perasaan, pandangan, dan kondisi anak lain, serta turut merasakan apa yang dialami oleh anak lain.

  1. Tahap Evaluasi dan Terminasi

Pada tahap ini dilakukan identifikasi atau pengukuran terhadap proses dan hasil kegiatan intervensi kelompok secara menyeluruh. Dalam langkah ini praktikan melihat sejauh mana keberhasilan terapi kelompok yang telah dijalankan melalui evaluasi. Dan berdasarkan pelaksanaan intervensi kelompok pada tahap pengembangan kelompok tujuan dari pelaksanaan Mini Project “Menumbuhkan Keterampilan Sosial Anak-anak Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia Melalui Permainan Tradisional” telah tercapai. Sehingga tahapan selanjutnya yaitu dilakukan terminasi atau pengakhiran intervensi kelompok dengan klien.

Demikianlah kegiatan praktikum II oleh Roida Sianipar sebagai mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara di Panti Asuhan Mutiara Mulia Indonesia. Penulis mengharapkan permainan tradisional dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial anak.

Penulis : Roida Mariati Sianipar Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

 

BERITA TERKINI

BERITA TERPOPULER