IKLAN - SCROLL KE BAWAH UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Selasa, 24 September 2024

LAMI Harap KPK Investigasi Proyek Pengendali Lahar Sinabung Sabo Dam Rp 280 Milyar

Proyek Sabo Dam untuk pengendalian lahar Gunung Sinabung senilai Rp 280 Milyar

TANAH KARO, TOPKOTA.co – Untuk kesekian kalinya kehadiran mega proyek Sabo Dam kembali mendapat kritikan pedas. Buktinya, proyek pembangunan Sabodam yang semula bertujuan sebagai pengendali laharan dari Gunung Sinabung di Kecamatan Tiganderket Lingkar Sinabung Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo, dengan nilai kontrak cukup fantastis mencapai Rp280 miliar, lebih patut dan wajar diinvestigasi pihak aparat penegak hukum, khususnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Pasalnya, pembangunan proyek besar yang ditangani langsung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II, PT PP dan PT Brantas terbukti tidak maksimal sebagai pengendali banjir lahar dingin.

Buktinya Sabo Dam yang tertimbun tanah kerikil, material kayu-kayuan lainnya di Desa Sukatendel Kecamatan Tiganderket, akses Jalan Desa Perbaji -Desa Selandi juga terputus akibat terjadinya hujan di hulu Gunung Sinabung, sehingga lahar melebar hingga ke badan jalan, Sabtu (22/8) sekira Pukul 11:20 Wib.

“Walaupun pembangunan mega proyek Sabo Dam sudah selesai, namun masih dalam masa perawatan, Dinas PUPR Karo agar menjalin komunikasi dan koordinasi dengan pihak Owner Rekanan Sabo Dam tersebut,” kata Jhon Ginting Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Lembaga Aspirasi Masyarakat Indonesia (LAMI) Kabupaten Karo kepada wartawan di Kabanjahe, Sabtu (22/8).

Lanjut kata john lagi, pembangunan Sabo Dam selama tiga tahun sejak 2017 lalu, diawali di Desa Perbaji dan Desa Sukatendel yang berjumlah 10 titik. Di Desa Sukatendel, DKO 6, tepat pada titik jembatan. Pembangunan sabo Dam pada jalur lahar ada 14 titik, semuanya menelan dana APBN sebesar Rp 280 milyar lebih ,serta sudah selesai termasuk di Desa Sukatendel, desa Kutambaru, dan desa Mardingding, yang merupakan daerah rawan jalur lahar dingin Gunung Sinabung yang dikenal ganas dan dahsyat.

Berdasarkan catatan LAMI kata John, dua paket proyek pengendali banjir lahar dingin Sinabung (Sabo Dam) mencapai Rp280 miliar (dua paket) dengan rincian, masing-masing memiliki nilai kontrak Rp170,92 miliar dan Rp111,18 miliar dibangun selama tiga tahun sejak 2017 hingga 2019. “Sabo Dam jebol atau tertimbun material lahar Gunung Sinabung sudah sering terjadi, teranyar Kamis (24/04/2020) yang lalu juga sempat merusak puluhan rumah warga maupun lahan pertanian warga, ” tegasnya.

Sementara itu Relawan Lingkar Sinabung, Teger Bangun (40) warga desa Tiganderket Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo mengatakan, bahwa sejak awal pembangunan Sabo Dam tersebut sudah dipertanyakan, terkait banyaknya sekat-sekat serta bentuk lengkungan ke bawah jembatan yang sering membuat jembatan tidak sanggup menampung, bahkan mengendalikan lahar dan material dari puncak Sinabung, namun tidak di indahkan, sehingga mengakibatkan laharan sering meluber ke rumah penduduk dan lahan pertanian warga apabila hujan di puncak Gunung Sinabung.

“Untuk Itu, saya sanagt mengharapkan kepada instansi terkait, untuk meninjau ulang atas pembangunan Sabo Dam tersebut, agar kejadian seperti ini tidak berulang-ulang. Mau dibongkar, diperbaiki kembali itu terserah pemerintah, yang penting, jembatan ini sanggup mengendalikan lahar,” jelas Teger.

Dilain kesempatan, Relawan Lingkar Sinabung Dedi Vernandho Ginting (45) warga Desa Perbaji Kecamatan Tiganderket sangat menyesalkan atas kejadian laharan. “Hal kejadian seperti ini sudah tidak terhitung lagi, ntah kapanlah bisa berhenti. Kalau, Sabo Dam masih seperti ini, saya yakin lahar tetap tidak bisa dinormalisasi. Akibat lahar hujan ini, sudah pernah ada korban nyawa, jadi saya sebagai relawan lingkar Sinabung, sangat mengharapkan agar bisa ditinjau ulang, bagaimana caranya, itu terserah yang berkompeten untuk sesegera mungkin bisa memperbaiki Sabo Dam tersebut, sebelum ada korban berikutnya. Kasian kita sama warga, setiap ada laharan, meluber ke rumah dan merusak lahan pertanian warga. Apa kita gak kasian melihat lahan pertanian warga yang terus menerus merugi akibat laharan?, ” pungkas Dedi penuh harap. (John Ginting)

BERITA TERKINI

BERITA TERPOPULER