SERGAI, TOPKOTA.co – Stunting atau kekurangan gizi kronis pada anak, masih menjadi tantangan kesehatan yang perlu diatasi. Upaya untuk menemukan solusi terbaik menuntaskan masalah stunting perlu dijajaki tidak hanya oleh pemerintah daerah, akan tetapi memerlukan sinergi dengan seluruh stakeholder, tak terkecuali pihak akademisi.
Pendapat tersebut disampaikan oleh Bupati Serdang Bedagai (Sergai) H. Darma Wijaya yang didampingi Wakil Bupati H. Adlin Umar Yusri Tambunan, ST, MSP, saat menghadiri kegiatan bertajuk Refleksi Inovasi Riset Stunting Kerja Sama Pemkab Sergai dengan Universitas Bina Nusantara (BINUS), bertempat di Aula Sultan Serdang, Komplek Kantor Bupati Sergai, Sei Rampah, Selasa (28/2/2023).
“Kita tahu bersama, stunting ini sudah menjadi isu prioritas nasional. Alasannya jelas. Stunting dianggap menjadi permasalahan kesehatan yang akan berdampak pada generasi dini Indonesia,” ujarnya.
Bupati menjelaskan, stunting memberi ancaman terhadap anak di antaranya mengakibatkan daya tahan tubuh yang rendah, gangguan perkembangan kognitif dan motorik, serta risiko kesehatan jangka panjang yang tentu berpengaruh langsung pada kualitas sumber daya manusia.
Untuk itu Bang Wiwik, panggilan akrab Bupati, mengapresiasi tinggi aksi pihak akademisi Universitas BINUS yang menjadikan Kabupaten Tanah Bertuah Negeri Beradat sebagai lokus penerapan inovasi untuk mengentaskan stunting yang tentunya telah melewati serangkaian proses riset yang mumpuni.
“Kami berharap besar, sinergi antara Pemkab Sergai dengan pihak akademisi, terkhusus Universitas BINUS, dapat terjalin erat untuk seterusnya. Kerja sama ini dapat menjadi modal besar bagi kami untuk meminimalisir angka prevalensi stunting di Kabupaten Sergai,” ungkapnya.
Sementara itu peneliti asal Universitas BINUS, Reza Rahutomo, S.Kom, M.MSI, dalam laporan hasil penelitian penanganan balita stunting di Sergai periode tahun 2022, menjelaskan menurut survei status gizi Indonesia (SSGI), Sergai merupakan salah satu kabupaten dengan prevalensi balita stunting yang lebih tinggi dibanding prevalensi nasional pada populasi balita umur 0-59 bulan yaitu sebesar 36,2%.
Ia melanjutkan, salah satu aspek penting yang diperkirakan terkait dengan penanganan stunting yang belum terselesaikan di Indonesia saat ini adalah tidak tersedianya database yang valid.
“Penelitian ini bertujuan untuk memfasilitasi kegiatan pengumpulan data di dalam sistem manajemen database menggunakan aplikasi StuntingDB yang merupakan singkatan dari Stunting Database,” jelasnya seraya menambahkan jika salah satu keuntungan pemanfaatan database dalam penanganan stunting adalah mendukung Dinas Kesehatan di Sergai dalam pengelolaan data yang akuntabel dan konsisten.
Sementara itu Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sumatera Utara (BKKBN Sumut) M. Rizal, SE, MM, mengapresiasi kerja sama yang terjalin dengan pemerintah dan pihak akademisi dalam proses penanganan stunting.
“Kerja sama ini merupakan bentuk komitmen yang tinggi dari seluruh stakeholder untuk membangun sumber daya manusia berkualitas. Mari bersama-sama kita wujudkan Indonesia Zero Stunting,” tegasnya.
Kegiatan ini juga dihadiri antara lain oleh para kepala daerah se-Sumut atau yang mewakili, anggota DPR RI Komisi VIII M. Husni, Akademisi Univesitas BINUS Prof. Bens Pardamean, B.Sc, M.Sc, Ph.D, para kepala OPD Provinsi Sumut dan Sergai, serta tamu undangan lainnya. (End)