JAKARTA, TOPKOTA.co – Tahun 2020 merupakan tahun kejutan. Indonesia diperhadapkan dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat. Disisi lain juga diuji dengan adanya krisis global akibat Pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 telah meruntuhkan imajinasi manusia tentang kemajuan mutakhir teknologi. Rutinitas manusia berhenti secara total, produktivitas manusia menurun dan hidup penuh rasa cemas.
Perayaan Natal tahun 2020 berbeda karena Pandemi Covid-19 membuat jarak. Dalam situasi ini, umat Kristen harus tetap bersyukur dan berdiri teguh. Pandemi Covid-19 menyatukan semua manusia dimuka bumi dalam penderitaan dan solidaritas perjuangan yang sama.
“Yesus Putra Kudus yang kita peringati kelahirannya juga hadir untuk semua manusia. Sang Putra Natal adalah wujud Karya terbesar Allah, dimana Yesus hadir merendahkan dirinya menjadi sama dengan manusia, untuk menebus dosa kita semua. Lantas bagaimana Umat Kristen dan GMKI merefleksikan dan memaknai situasi pada Perayaan Natal Tahun 2020?,” kata Ketua Umum GMKI Jefri Edi Irawan Gultom didampingi Sekretarisnya Michael Anggi.
Menurutnya, Natal merupakan peristiwa inkarnasi Allah menjadi manusia. Inkarnasi berarti Allah datang menyelamatkan umat-Nya. Tuhan menampakkan diri dalam sosok yang solider dan peduli kepada manusia, lahir di kandang domba.
“Manusia hidup dalam menghayati firman Allah menjadi segambar dan serupa dengan Allah yang Mahabaik dan Mahakasih. Dalam perjalanan iman Oikumenisme, kita diajak mewujudkan solidaritas sosial untuk hidup dan menjaga rumah besar dalam berbangsa dan bernegara. Selain itu, esensi hidup iman Kristen menjiwai semangat Nasionalisme. Kehadiran kita harus menjadi berkat dalam kehidupan yang majemuk. Seperti yang dikisahkan dalam Wahyu 21:1-5, ‘’Lihatlah, Kristus Menjadikan Semuanya Baru,’’ Transformasi sikap hidup yang berkualitas ditentukan oleh cara merefleksikan dan memaknai kehidupan; cara berpikir, cara bersikap, dan menjunjung nilai-nilai martabat kepada sesame,” ujarnya.
Selain itu menurutnya, pandemi Covid-19 mendorong manusia kembali pada eksistensial dasar, makna kehidupan, tentang kematian, peran orang lain dalam kehidupan kita, dan posisi manusia dalam kesatuan integral terhadap alam semesta. Pandemi Covid-19 memberikan pesan kepada manusia agar kembali pada hakekatnya yakni hidup bersama dengan penuh pengharapan dan kasih.
“Hati nurani kita harus keluar dari egosentris komunitas, etnis, dan agama. Mari bergandengan tangan, saling merangkul, dan saling menopang satu sama lain. Dan sesungguhnya, ini jati diri kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
Lanjutnya, dalam beberapa waktu ini, terjadi persoalan yang menggangu persatuan dan kesatuan di Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melebarnya jurang kesejahteraan dan keadilan sosial, Politik identitas sangat agresif, Prinsip kemanusiaan di Papua yang tak kunjung selesai, Gerakan represif kelompok teroris di Sigi, Persoalan HAM di Negara, Kerusakan ekologis, Perilaku Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang masih subur hingga ke akar rumput.
“Persoalan diatas menggambarkan bahwa Pemerintah sampai saat ini belum optimal dalam menyelesaikan sederetan masalah diatas, maka GMKI sebagai Organisasi yang turut menyuarakan Keadilan dalam Upaya perwujudan Shalom Allah ditengah-tengah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam semangat Nasionalisme dan Oikumenisme turut mengambil bagian untuk menjawab dinamika-dinamika di Medan Pelayanannya,” ujarnya.
GMKI mendoakan sekaligus berharap bahwa kelak di Negara Indonesia, masyarakat dapat hidup dengan tetap menjunjung tinggi rasa keadilan, kedamaian, persatuan dan kesejahteraan untuk menjadi Indonesia yang dicita-citakan bersama.
“Semoga Damai Kristus Yesus Sang Kepala Gerakan senantiasa menyertai dan melingkupi kita semua. Selamat Hari Raya Natal 25 Desember 2020 & Tahun Baru 01 Januari 2021,” ujarnya. (AF)