IKLAN - SCROLL KE BAWAH UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Minggu, 22 September 2024

Anak Yatim Piatu Lulus Polri, Pulang Sekolah Bantu Pedagang Biayai Tiga Adik dan Nenek

Iliwaty br Laia bersama kemanakannya Bernard Laia dan Anita Beru Tarigan didampingi anaknya Pilo Derson Ginting, saat memberikan testimoni dihadapan Kapoldasu Irjen Agung Setya IE dan PJU, pada acara pembukaan pendidikan Pembentukan Bintara Polri Gelombang II TA 2023, di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Sumut Kec. Hinai, Kab. Langkat Selasa (24/7/2023).

MEDAN, TOPKOTA.co – Waktu menunjukkan pukul 10.30 Wib, cuaca di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Sumut Kec. Hinai, Kab. Langkat teramat cerah dengan suhu udara 34 derajat celcius.

Pagi itu, Kapolda Sumut Irjen Agung Setya Imam Effendi yang dihadiri para PJU sedang memimpin upacara Pembukaan Pendidikan Pembentukan Bintara Polri Gelombang II TA 2023, Selasa (24/7/2023).

Suasana yang sebelumnya terlihat tegang, maklum karena suhu udara di Kab Langkat sedikit lebih panas dibanding Medan, tiba-tiba terasa hening, banyak peserta yang ikut rombongan dan orangtua siswa Bintara terlihat sedih bahkan tanpa disadari ada yang meneteskan airmata.

Ketika itu, seorang ibu asuh siswa Bintara Polri bernama Ilawaty Laia memberikan testimoni bahwa kemanakannya yang sudah lama yatim piatu, diterima menjadi siswa Bintara Polri Gel II TA 2023 di SPN Polda Sumut di Kec. Hinai Kab. Langkat.

Dia adalah Bernard Laia asal Kec. Lestari Kab. Nias Selatan, salah seorang dari 441 siswa Polri yang diterima TA 2023. Dia merupakan lulusan SMA Bintang Laut.

“Memang dari kecil cita-cita dia ingin jadi Polisi. Ketika dia mau mendaftar kami sering ketawain dia. Darimanalah Bernard uang kita kau mau jadi polisi. Kau kan tahu masuk polisi itu harus banyak uang. Namun dia bilang bou (bibi) jangan patahkan semangatku,” kata Ilawaty Laia menirukan ucapan Bernard.

Dengan semangat dia yang kuat, aku Ilawaty, keluarga akhirnya memberikan semangat. “Terus terang, mulai pendaftaran hingga seleksi dia tinggal dirumah saya di Jalan PWI Medan. Saya seorang janda penjual roti keliling yang hanya sanggup memberikan dia makan dan ongkos dia selama seleksi,” akunya.

Dengan berurai airmata, dihadapan Kapolda Sumut Irjen Agung Setya Imam Effendi dan para PJU, Ilawaty menceritakan semasa di SMA, Bernart tergolong pintar disekolahnya. Diapun mendapat beasiswa dari sekolah.

Semasa SD, Bernard tinggal bersama saya di Medan namun setelah SMP tinggal bersama orangtuanya di Nias Selatan. Nahas, ketika Bernard kelas 2 SMP ayahnya yang bekerja sebagai buruh bangunan mengalami kecelakaan.

“Ketika itu ayahnya ikut membangun jalan di Nias Selatan. Saat itu jalan yang akan diaspal kondisinya menanjak, namun tiba-tiba alat berat mundur dan menggilas tubuhnya hingga meninggal dunia dilokasi kejadian,” kenang Ilawaty.

Tak lama kemudian, aku janda anak satu yang ditinggal meninggal suaminya itu, ibunda Bernart meninggal dunia karena sakit.

Akhirnya, Bernard Laia tinggal bersama neneknya. Bernard pun ikut membantu neneknya yang seorang diri mencari nafkah dengan membantu pedagang dipajak untuk membiayai tiga adiknya yang masih sekolah.

Sepulang sekolah, Bernard pergi ke pajak mencari nafkah. Dia dapat upah Rp.50.000 perhari. Uang hasil keringatnya itulah yang mereka 5 orang gunakan untuk menyambung hidup sehari-hari.

“Kebetulan di rumah neneknya Bernard ada kost anggota polisi. Mereka sayang sama Bernard, dia sering disuruh. Karena rajin, para polisi itu menaruh perhatian sama Bernard, polisi itu sering melatih dia, jasmani dan lain-lain. Kalau bimbingan belajar dia tidak pernah karena dia sadar tidak punya biaya, modal dia itulah sering diajari dan dilatih polisi. Dan diapun lulus menjadi siswa Bintara Polri,” terang Ilawaty Laia.

Merekapun sangat berterimakasih kalau Bernard lulus tanpa sedikitpun mengeluarkan uang. “Kami tidak ada mengeluarkan uang hingga akhirnya Bernard masuk polisi. Kami sangat berterimakasih kepada Tuhan Yesus kalau doa kami dikabulkan,” akunya lagi dengan berlinang air mata.

Ilawaty Laia pun tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Kapolda Sumut Irjen Agung Setya Imam Effendi SH SIK MSi, dan dia menitipkan kemanakannya itu untuk dididik menjadi polisi profesional, yang menjadi kebanggaan keluarga.

“Semoga dengan lulusnya Bernard Laia dapat meningkatkan harkat dan martabat keluarga,” ujarnya.

Jika dilantik menjadi seorang Bintara Polri, Ilawaty berharap kemanakannya itu bisa kembali bertugas di Nias Selatan. “Harapan kami agar Bernard dapat ditugaskan di Nias Selatan namun yang menentukan pihak Poldasu,” sebutnya lagi..

Bernard pun mengaku setelah nantinya dilantik menjadi anggota Polri, dia akan masuk kuliah.

3 Kali Test Baru Lulus

Sementara itu, Anita Beru Tarigan mengaku anaknya masuk menjadi anggota Polri tidak ada mengeluarkan uang.

Pilo Derson Ginting kata Anita Beru Ginting, lahir dari keluarga yang ekonomi lumayan. Namun dia tidak mau memberikan uang agar anaknya bisa masuk menjadi anggota polisi.

“Terus terang, kami berharap anak kami masuk kuliah namun dia selalu bercita-cita menjadi polisi. Karena itu dia terus mendaftarkan diri. Dia dua kali seleksi namun selalu gagal dan seleksi ketiga baru dia lulus,” aku Anita Beru Tarigan.

Dia mengaku, dari seleksi pertama hingga seleksi ketiga pihaknya tidak pernah mengeluarkan uang untuk biaya mengurus agar Pilo Derson Ginting masuk jadi polisi.

“Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, cita-cita anak saya Pilo dikabulkan. Kami juga berterimakasih kepada pak Kapoldasu Irjen Agung, kami menitipkan Pilo Derson Ginting mendapat pendidikan yang lebih baik agar bisa menjadi polisi andalan yang profesional,” pungkasnya. (Ayu)