IKLAN - SCROLL UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Kamis, 11 September 2025

Demo Nepal Memanas, Istri Eks PM Tewas Terjebak Api

MEDAN, TOPKOTA.co – Gelombang demonstrasi di Nepal semakin memanas, hingga menelan belasan korban jiwa, merusak bangunan negara, dan melibatkan tokoh politik papan atas. Setidaknya, 19 orang dilaporkan tewas akibat bentrokan keras antara demonstran dan aparat keamanan.

Salah satu korban tewas adalah Rajyalaxmi Chitrakar, yang merupakan istri dari eks Perdana Menteri (PM) Nepal, Jhalanath Khanal. Insiden maut tersebut terjadi setelah rumah mereka di kawasan elit Dallu, Kathmandu, dibakar demonstran, Selasa (09/9/2025).

Rajyalaxmi sempat diselamatkan dalam kondisi kritis dan dilarikan ke Rumah Sakit Kirtipur. Ia menderita luka bakar parah di paru-paru dan beberapa bagian tubuh. Meski tim medis telah berupaya, namun nyawanya tidak tertolong.

Kematian Rajyalaxmi menjadi simbol bagaimana kerusuhan politik di Nepal tidak hanya menyasar fasilitas publik, tetapi juga rumah pribadi para tokoh politik.

Media lokal Khabarhub melaporkan, para demonstran sempat menjebak Rajyalaxmi di dalam rumah sebelum membakarnya. Kejadian itu memicu kecaman luas dari berbagai kalangan, termasuk partai-partai oposisi yang menilai pemerintah gagal menjaga keamanan warga.

BACA JUGA:  Bom Jenis Mortir Ditemukan di Lokasi Pembangunan RS Columbia Medan

Puluhan ribu warga, sebagian besar generasi muda, turun ke jalan setelah pemerintah memblokir 26 platform media sosial populer, termasuk Facebook, YouTube, dan X.

Kebijakan pemblokiran yang diumumkan, Jum’at (5/9/2025) itu memicu kemarahan publik karena dianggap membungkam kebebasan berpendapat di negara demokrasi Himalaya tersebut.

Ribuan pengunjuk rasa memadati ibu kota Kathmandu dan kota-kota lain. Mereka meneriakkan tuntutan pencabutan larangan media sosial sekaligus desakan agar pemerintah menindak tegas kasus korupsi yang dianggap merajalela di tubuh birokrasi.

Demo Nepal memuncak, Senin (08/9/2025) ketika massa mencoba menerobos barikade di sekitar kompleks parlemen Nepal. Polisi menembakkan gas air mata, peluru karet, dan meriam air untuk membubarkan kerumunan.

Namun, eskalasi cepat berubah brutal ketika aparat juga diduga menggunakan peluru tajam terhadap massa yang menolak mundur.

Sejauh ini, belum ada langkah konkret Pemerintah Nepal untuk meredakan situasi. Menteri Dalam Negeri Ramesh Lekhak hanya menyampaikan seruan agar masyarakat tetap tenang.

Namun, seruan itu tampak tak memengaruhi massa yang masih melanjutkan aksi protes di berbagai wilayah. Para pengamat menilai, krisis kali ini lebih berbahaya karena dipicu oleh kombinasi isu digital dan korupsi.

BACA JUGA:  Inilah Wajah Tersangka Yang Memerintahkan 2 Eksekutor Bakar Rumah Sempurna Pasaribu

Tragedi yang menelan korban jiwa, membakar gedung parlemen, dan merenggut nyawa istri mantan PM ini menunjukkan krisis Nepal telah mencapai titik yang mengkhawatirkan. (Ayu)

BERITA TERKINI

BERITA TERPOPULER