SIMALUNGUN, TOPKOTA.co – Penduduk Karang Rejo butuh perhatian Bupati Simalungun JR Saragih terkait kerusakan jalan serta parit di Jalan Arjosari yang tak kunjung diperbaiki. Pasalnya, jika hujan turun, parit tidak bisa menampung debit air, sehingga air mengaliri badan jalan dengan sangat deras hingga mirip sebagai aliran sungai dan mengakibatkan jalan sulit untuk dilalui, bahkan berbahaya bagi keselamatan para pengendara yang nekat melintasinya, parahnya lagi air dari parit tersebut masuk ke rumah warga.
Melihat peristiwa ini, Pangulu Karang Rejo A Zein yang diwawancarai wartawan di Kantornya beberapa waktu lalu mengatakan, pihaknya telah menyurati Komisi II DPRD Kabupaten Simalungun yang membidangi pembangunan agar turut membantu untuk memperbaiki jalan Arjosari, namun hingga kini surat mereka belum ditanggapi.
“Dua minggu lalu, kami sudah menyurati DPRD Simalungun untuk turut menganggarkan perbaikan jalan di Arjosari, namun belum ada tanggapan. Mudah-mudahan di tahun 2021 ini, jalan ini sudah bisa diperbaiki,” ujarnya.
Zein mengungkapkan, jalan Arjosari merupakan jalan penghubung terdekat dari Nagori Karangsari menuju Karang Anyar, Perumnas Batu Enam dan jalan Asahan. “Kami warga Nagori ini, sangat membutuhkan sentuhan pembangunan. Warga yang ingin mengunjungi lokasi wisata Karang Anyar juga melintasi Jalan Arjosari jika pengunjung datangnya dari arah Medan dan Pematang Siantar. Mereka terpaksa putar balik cari jalan alternatif lain, karena jalan ini tidak bisa dilalui,” ujarnya
Sementara warga sekitar mengungkapkan, jalan ini sudah bertahun-tahun tidak diperbaiki, bahkan warga sudah pasrah jika rumahnya selalu kebanjiran akibat parit yang tidak mampu menampung debit air jika hujan turun.
“Sepuluh tahun sudah banjir ini menggenangi jalan Arjosari. Yang parahnya pada lima tahun belakangan ini. Ya, halaman kami berada dibawah jalan air dan lumpurnya ngendap disini (halaman-red), maka saya beli pasir semotor agar tidak berlumpur. Saya sangat berharap Bupati Simalungun merespon permohonan kami dapat segera nengatasi banjir,” ujar Madi warga sekitar.
Hal senada juga dialami Suprianto (41) selaku pemilik bengkel yang tinggal di dekat jalan tersebut. Jika hujan turun, dirinya terpaksa bolak-balik ke tempat usahanya tersebut untuk mengantisipasi banjir. “Setiap turun hujan wajib kontrol ke bengkel karena takut kebanjiran dan membuangin sampah yang tersangkut disaluran, agar tak meluap masuk kedalam bengkel. Itu sudah saya tinggikan dipembatas paret tapi masih saja dilewati air,” ujarnya.
Karyadi (37) warga sekitar juga mengaku sejumlah barang elektroniknya juga telah rusak akibat luapan air dari parit yang masuk ke dalam rumahnya. “Rumah saya ini kalau sudah turun hujan, air masuk ke rumah merendam loudspeaker, kursi dan lainnya. Padahal lantai rumah ditinggikan setengah meter, namun air masuk setinggi setengah meter juga. Menurutnya telah dialaminya sepuluh tahun. Dirinya juga berharap pemerintah cepat memperbaikinya, karena jika hujan turun, kami merasa was was,” keluhnya.
Sedangkan Sutrisno Ketua LSM TOPAN-RI Kabupaten Simalungun yang juga merupakan warga setempat mengatakan, jalan Arjosari Huta 3 Karangrejo Kecamatan Gunung Maligas sejak dulu menjadi langganan banjir. “Kami meminta kepada Pemerintah Kab.Simalungun agar membuat gorong-gorong sebagai antisipasi setiap turun hujan agar tidak banjir lagi, yang kini merusak memporak porandakan jalan, hingga seperti sungai jalanan tersebut,” ujarnya.
Lanjutnya, pihaknya bersama pemerintahan desa setempat sudah berulang kali memohon bantuan untuk perbaikan jalan, namun tidak kunjung direalisasikan. “Proposal Karangrejo sudah kami usulkan berulang kali ke Pemerintah Kab. Simalungun sejak Pangulu Muliono tahun 2015 lalu, sampai sekarang hingga pergantian Pangulu yang baru belum juga terealisasi. Kami kecewa hingga sekarang belum juga dibangun,” tukasnya. (Surung Sitorus)